Kisah Rumah Tua yang Seram Jika Malam Jumat
Sekarang semua sudah serba canggih, banyak lampu di mana-mana tentu saja anggapanku setan, demit, jin takut untuk keluar. Ternyata anggapanku salah, karena mengalami hal yang tidak masuk akal ketika liburan bersama tiga sahabatku di Sibayak kala itu.
Kampung kecil itu memberikan aku pengalaman yang sangat luar biasa salah satunya yang tidak masuk di akal. Kami sengaja tidak menginap di hotel lantaran salah satu teman kami menawarkan untuk menginap di rumah kerabatnya.
Ketika itu saat melihat rumahnya dari depan aku sudah merasa hal yang kurang menyenangkan, merinding. Rumah bercat hijau itu ternyata sudah sangat tua usianya, tetapi perawatan si pemiliknya membuat rumah itu menjadi bersih dan layah untuk dihuni.
Setelah masuk ke rumahnya saya berkata “Rumahnya enak ya sejuk dan adem,” kataku kepada pemilik rumah yang tengah menyambut kedatangan kami.
Lalu perempuan separuh baya itu pun menjawab “Ini rumah kakeknya Han,”.
Lalu kami pun memilih kamar, dan saya mendapatkan kamar di depan bersama Pita sementara Han dan Toni di kamar tengah. Malam itu kami memang terlihat sangat Lelah sekali karena usai menempuh perjalanan dari Jakarta menggunakan mobil.
Karena semua kelelahan di perjalan Han, Pita dan Toni sepertinya sudah tidak kuat menahan kantuk, akhirnya mereka memutuskan untuk tidur lebih cepat. Sementara aku masih terjaga dengan segelas teh hangat di ruang tengah yang penuh dengan perabotan jadul. Entah kenapa aku rasanya ingin mencari tahu sesuatu.
Rasa pingin tau saya pun menatap ke luar jendela dengan posisi masih duduk di ruang tengah, tangan kananku memegang cangkir teh. Tiba-tiba aku melihat bayangan melintas di luar jendela. Sontak aku pun kaget dan penasaran, karena penasaran aku pun mendatangi arah jendela dan membuka tirainya. Duh, tak ada siapapun.
Jantungku pun berpacu sangat kencang dan bulu kudukku berdiri. Namun, aku masih merasa tenang saat itu. Tidak lama lagi aku mendengar suara auman harimau setelah suara petir dan gemuruh air hujan.
Sontak aku pun terdiam sejenak membuka lebar telingaku dan berharap aku salah dengar, tapi setelah auman ketiga aku memutuskan untuk pergi ke kamar dan tidur. Di dalam kamar aku melihat Pita sudah terlelap, jadi aku menyimpan ceritanya untuk besok saja.
Di hari paginya “Pagi semuanya, gimana istirahatya?” Sapa Han. Pita dan Toni nampaknya tidak ada masalah malam tadi dan hanya aku yang mengalami hal aneh, tapi aku mencoba untuk tidak bicara dulu.
Rupanya kejadian malam Jumat itu tidak aku alami sekali. Malam kedua aku justru mendapatkan gangguan yang lebih parah. Malam itu aku di rumah sendirian, ketiga temanku sedang keluar mencari udara segar. Sementara aku tengah mengerjakan tugas kantor di rumah.
Lalu saya pun merasa hari semakin malam kok semakin seram dan aneh. Cuaca yang tengah hujan memang membuat suasana menjadi lembap dan basah. Kali ini aku benar-benar mendengar suara harimau dengan jelas. Bulu kudukku pun semakin berdiri hingga memuat aku buyar konsentrasi di depan laptop.
Lebih seramnya lagi ketika aku mendongak dan berpaling dari layar laptop aku melihar sosok wanita berdiri di depanku. Sontak aku pun menjerit ketakutan. Tak lama Han pulang dan melihat aku dengan posisi menutup wajah dan menekuk kaki.
“Hey, kamu kenapa?” sapa Han
“Ada harimau Han,” jawabku sambil bergetar ketakutan.
“Po..po….po…….cong,” Aku dan Han terperanjat kaget mendengar suara Toni teriak di halaman belakang dan kami pun menghampiri Toni.
“Kalian kenapa sih?” tanya Pita bingung yang baru masuk ke dalam rumah dan mengetahui suasana menjadi kacau.
Saat semuanya sudah tenang, Pita dan Han pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di rumah tersebut. Bahwasananya rumah milik kakeknya Han dulunya sering digunakan untuk ritual ilmu hitam, salah satu peliharaannya adalah macan putih. “Tak sedikit kerabat kami yang kesurupan di rumah ini kok,” ujar Han.
Jadi, setiap malam jumat mereka akan keluar. Tidak hanya itu biasanya juga dibarengi dengan hantu-hantu lainnya yang sifatnya menganggu. “Saat datang aku sudah tahu makanya kami tidur cepat, dan kami tidak memberitahu kamu karena kami tahu kamu nggak akan percara hal-hal macam itu,” ujar Pita kepadaku.
Post a Comment